Sunday, September 2, 2012

YOSEPH MANUEL CONTARDO

Yoseph (dok.pribadi)
Nah, blogger.. 
Dia ini adalah adik laki-laki saya, Yoseph Manuel Contardo. Sekarang sih, masih duduk di kelas XII SMA John de Britto (XII IPA 4).
lahirnya 2,5tahun setelah saya lahir di dunia, heuheu. tapi kita berdua dibaptisnya sebulan setelah Yoseph melihat indahnya dunia.
sampai saat ini, saya belum tahu dia mau melanjutkan jenjang kuliah dimana. yah, antara akuntan, psikolog, dosen mipa, whatever lah :p
semoga dia bisa lulus dengan memuaskan sajalah :D

demikan perkenalan saya tentang keluarga saya. 
agar kalian lebih mengenalnya, jika saya menulis cerita tentang mereka.

have a nice sunday guys :)

Saturday, September 1, 2012

Bapak Pius dan Mama Sri

Bapak Pius dan Mama Sri (dok.pribadi)
Hai blogger, perkenalkan yaah. Bapak dan Mama saya :)

Bapak Pius Tri Mulyono lahir pada tahun 1960 dan memiliki sebuah pengabdian tanpa tanda jasa, yaitu guru. Yup, benar sekali. Bapakku adalah seorang guru yang mengajar di Teknik Elektro SMKN 3 Jetis, Yogyakarta. 

Ibu Anastasia Sri Redjeki lahirnya 3 tahun setelah bapak, dan bila bapak di bulan Juli maka mama di bulan Februari. Mama Sri bekerja sebagai PNS di Dinas Pariwisata DIY (kantornya di Malioboro).

Next time, akan kuceritakan lebih lengkap tentang keluargaku :D

Lorenzo's Oil

teachwithmovies.org

Sebuah Resensi berlandaskan Refleksi
dari Sebuah Film menyentuh hati “Lorenzo’s Oil”
oleh : MARIA GABRIELA ROSWITA
10 8114 096


Ketika aku menonton saya merasakan kesedihan yang luar biasa dan juga sebuah kebanggaan teramat besar. Lorenzo pada mulanya memiliki kehidupan bahagia seorang anak kecil, namun seiring bertambahnya usia tiba-tiba kehidupan miliknya berputar begitu cepatnya hingga untuk mengatakan Ia masih memiliki kehidupan pun adalah suatu hal yang mencekat tenggorokan, bahkan bagi orang tua Lorenzo. Siapa sangka, anak yang sangat lucu, ceria seperti Lorenzo bisa mengidap sebuah penyakit bernama ALD (Adrenoleukodystrophy), dan penyakit itulah yang membuat Lorenzo mengalami degenerasi hingga berada dalam kondisi vegetative (semacam koma).

Kemalangan, itulah yang saya pikirkan dan membuat hati saya merasakan sakit teramat sangat ketika melihat bagaimana Lorenzo mengalami kesakitan dan kehilangan kemampuannya satu per satu. Kegigihan dan keuletan orang tua Lorenzo untuk menyelamatkan nyawa anaknya merupakan sebuah hal yang membuat saya terperangah dan bangga. Mereka memperlakukan ALD seperti sebuah negara asing, dimana mereka perlu untuk mengetahui segala sesuatu tentang penyakit ini untuk mengenalnya, sebelum mencari cara untuk menyembuhkannya. Mereka bukanlah praktisi kesehatan, bukannya seorang ilmuwan, namun justru mereka lah yang memiliki kegigihan tiada tara, untuk belajar dan berjuang mencari sebuah “penyembuhan”. Tanggung jawab sebagai orang tua dan kasih sayang kepada anak menjadi landasan utama mereka dapat bertahan hingga akhir.

Pikir saya, memang ALD hanya sebuah penyakit keturunan yang probabilitas terjadinya kecil, lebih kecil dari penyakit-penyakit lain yang sangat besar penyebarannya namun hingga kini juga belum ditemukan obatnya (seperti HIV AIDS). Namun sebagai praktisi kesehatan, semua penyakit berhak untuk diberikan perlakuan yang sama, dicarikan jalan keluarnya demi menyelamatkan nyawa dan kehidupan. Dari segi ekonomi, siapa sih yang mau mencarikan obat untuk penyakit yang hanya sedikit penderitanya? Penelitian mencari obat itu sangat mahal dan memakan waktu, toh nanti juga tidak bisa dipasarkan secara luas dan mendapatkan keuntungan yang besar.

Sangat mengagumkan pula, bagaimana banyak para ilmuwan dengan berbagai disiplin ilmu bisa duduk bersama, saling bekerja sama sesuai dengan kemampuan masing-masing memberikan kontribusi dalam perdebatan mengenai penyembuhan penyakit ALD (bagaimana mereka merasa terpanggil untuk memberikan perhatian terhadap ALD pun merupakan sebuah hal yang menarik). Memang ternyata benar, jika hanya praktisi maupun ilmuwan kesehatan saja yang mencari obat tidak akan mencapai hasil yang diinginkan, karena kemampuan yang terbatas dalam bidang kesehatan. Banyak ruang-ruang gelap, dimana disitulah dibutuhkan kemampuan dari disiplin ilmu yang berbeda. Dan apabila semua disatukan, maka BOOM!! Terciptalah sebuah karya yang bisa menambah kualitas hidup manusia.

Tersentak, karena melihat bahwa inilah yang dosen saya maksud dalam pendahuluan perkuliahan KIMIA MEDISINAL. Kami bekerja sama dengan disiplin ilmu berbeda untuk mencari sebuah obat baru, baik secara social (menyembuhkan) maupun secara ekonomi (mencari keuntungan). Banyaknya penyakit yang belum ada obatnya dan banyaknya mutasi genetic yang terjadi, memaksa kita untuk semakin gencar mencari pengobatan baru. Setelah melihat film ini, saya merasakan kebanggaan karena telah memilih jalan sebagai farmasis, dimana saya bisa memberikan kontribusi nyata untuk membantu sesama.

Sampai pada akhirnya, ditemukan pengobatan untuk mengatasi ALD banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh Lorenzo dan orang tuanya. Orang tuanya yang percaya bahwa Lorenzo ingin terus hidup, sehingga mereka mengupayakan segala macam cara dan terus tegar membantu perjuangan Lorenzo sendiri untuk melawan penyakit yang dideritanya. Kepercayaan dan harapan memang sangat penting, dalam menghadapi hal-hal yang disebut orang sebagai kemalangan. Karena, apakah itu kemalangan atau keuntungan hanya Tuhan yang tahu. Lorenzo mungkin memang malang, karena menderita penyakit ALD tapi dengan sakitnya Lorenzo dan ditemukannya pengobatan ALD oleh orang tua Lorenzo (yang dibantu oleh banyak pihak) mungkin merupakan sebuah keuntungan bagi penderita ALD lainnya. 

Red Maze

sebuah cerita, sebuah kisah dari masa yang dekat namun jauh dari kita ..

Aku melangkahkan kakiku dengan riang. Hari ini hatiku sangat bahagia. Di toko cinderamata, tadi aku melihat sepasang cincin yang manis. Cincin itu pas dipakai hanya di jari kelingking. Tapi aneh ya, bikin cincin kok ukuran jari kelingking. Cincin itu bermata merah dan putih. Cincin bermata merah disebut red maze, cincin bermata putih disebut white topaz. Aku sangat menyukainya sehingga aku membelinya. Karena uang yang sekarang aku bawa hanya dapat membeli satu cincin, maka aku mengambil white topaz. Aku segera berpesan kepada pelayan agar cincin red maze jangan dijual karena aku akan membelinya setelah mengambil uang di ATM.

Beberapa saat kemudian,
"Apaa? Tidak ada?! Bagaimana mungkin? Kau lupa pesanku ya!" bentakku.
"Maaf bu, cewek itu memaksa saya untuk menjualnya. Dia bahkan menaikkan harga cincin tersebut" jawab si pelayan.
"Oh, gitu ya? Harga! Kalau gitu kamu maunya berapa? Berapapun boleh asal cincin itu jadi milikku! Ah, sudahlah aku pulang saja!" kesahku.

Di rumah,
Sejak pulang dari mall tadi aku terus cemberut. Aku merasa sangat kecewa. Mama yang melihatku sampai heran akan sikapku.
"Sha, hari ini kamu izin dulu saja lesnya," ujar mama lembut.
Aku merasakan belaian tangan mama di rambutku.
"Kenapa Ma? Kesha mau ikut les kok"
"Iya, tapi kamu kelihatan pucat, tidak enak badan? Mau ke dokter?"
"Ga usah Ma. Kesha baik-baik aja kok"
"Oke deh!"
Mama lalu pergi ke dapur untuk masak makan malam. Hari itu aku tertidur pulas jam 20.00 dengan cincin melekat pada kelingkingku. Tanpa aku sadari sesuatu telah terjadi padaku.

Pagi harinya,
Aku merasa lebih baik untuk berangkat kuliah. Aku gadis yang cantik, pintar, dan kaya. Aku kuliah di jurusan MIPA. Pagi itu aku belum merasakan apa-apa, belum tahu apa-apa. Sampai saat pulang kuliah.

Pulang kuliah,
"Apa-apaan sih! Apa yang terjadi padaku? Aku yang biasanya pintar, dimana kepintaranku? Aku benar-benar malu tadi. Berani-beraninya Melly mempermalukan aku! " teriakku penuh marah.
Dalam hati aku berpikir sejenak. Sejak kapan melly jadi pintar seperti itu? Biasanya ia tak pintar karena malas. Yang pintar kan aku, kok sekarang jadi dia? Tunggu sebentar! Tadi aku melihat sekilas di jari kelingkingnya ada cincin. Jangan-jangan cewek yang membeli red maze itu dia! Huh, jadi sebel banget! Eh..eh..eh.. apa mungkin...?? Ya, mungkin saja!."


bersambung ..
jewelsforme.com


Tugas Menulis

entah kenapa, saya menemukan kembali buku tulis sewaktu kelas IX di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
kala itu sih, memang ada tugas menulis dan apresiasi sastra dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
daripada mubazir, maka akan saya publikasikan secara bertahap pada blog ini :)

I called them "family"


Memperkenalkan keluarga bebehs :
  • Wuri Kinanti (bergaun hitam, sebelah kanan)
  • Veronica Tata Risca (bergaun hitam, sebelah kiri)
  • Rosalia Venta (bergaun putih, sebelah kiri)
  • Maria Gabriela Roswita (bergaun putih, sebelah kanan) 


mau tau cerita tentang mereka? tunggu lanjutannya yaah :)